HEMATOLOGI
Hematologi
adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Khususnya jumlah
dan morfologi sel-sel darah, serta sumsum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang berbeda dengan organ
lain, karena berbentuk cairan. Jumlah darah
dalam tubuh adalah 6-8% berat tubuh total. Empat puluh lima
sampai 60% darah terdiri dari sel-sel,
terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai
media transportasi, serta memelihara suhu tubuh dan
keseimbangan cairan (Arifin, et al, 2012).
Darah
merupakan bagian dari tubuh yang berperan penting dalam mempertahankan kehidupan. Sebab, ia berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah berbentuk cairan,
sehingga dapat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Volume dalam tubuh bervariasi, pada orang dewasa
volume darah sekitar 6 liter atau sekitar 7-8 % dari berat badan. Darah terdiri dari komponen berbentuk dan komponen
plasma. Komponen berbentuk kurang lebih 45% (eritrosit, lekosit dan
trombosit). Angka (45 %) ini dinyatakan dalam nilai
hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40
sampai 47.
Sekitar
44% darah terdiri dari unsur-unsur sel yang membentuk bagian terbesar adalah
eritrosit (sel darah merah). Eritrosit adalah sel yang tidak memiliki nukleus
dan hidup sekitar 120 hari dan merupakan
sel paling banyak dalam darah. Berfungsi untuk mengangkut oksigen dan karbon
dioksida melalui aliran darah. Sel darah merah normal berbentuk lempeng
bikonkaf dengan diameter kira-kira 7,8 mikrometer. Bentuk sel darah merah dapat
berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler. Eritrosit yang bersikulasi
mempunyai masa paruh sekitar 120 hari. Pada pria, jumlah sel darah merah
normal (RBC) adalah 5.500.000 per mm3, sedang RBC normal pada wanita
adalah 4.800.000 per mm3
Pemeriksaan
Hematologi
Pemeriksaan
panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit.
Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofil
(segmented dan bands), basofil, eosinofil,
limfosit dan monosit. (Menkes RI, 2011).
Rentang
nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan remaja, umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa
tahun kemudian. Nilai pada orang dewasa umumnya
lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur di atas. Pemeriksaan hemostasis
dan koagulasi digunakan untuk
mendiagnosis dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan
darah, cedera vaskuler atau trauma.
Ada
10 tempat pembentukan sel darah yaitu :
1.
Pembentukan
sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar pada
hati dan sebagian kecil pada limpa
2. Dari kehidupan fetus hingga bayi
dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam 3 tahap, yaitu: Pembentukan
di saccus vitellinus, Pembentukan di hati, kelenjar limfe, dan limpa dan
Pembentukan di sumsum tulang
3. Pembentukan sel darah mulai terjadi
pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa embrionik
4. Dengan bertambahnya usia janin,
produksi sel darah semakin banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati
dan limpa semakin berkurang
5. Sesudah lahir, semua sel darah dibuat
pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang jugadibentuk di kelenjar limfe,
tymus, dan lien
6. Selanjutnya pada orang dewasa
pembentukan sel darah diluar sumsum tulang (extramedullary hemopoiesis) masih
dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis
7. Sampai dengan usia 5 tahun, pada
dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum
tulang dari tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus dan tibia, tidak
lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun
8. Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi
terutama pada tulang belakang, sternum, tulang iga dan ileum
9. 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan
sel darah putih (leukosit) dan hanya 25% menghasilkan eritrosit
10. Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500
kali lebih banyak dari leukosit. Hal ini disebabkan oleh karena usia leukosit
dalam sirkulasi lebih pendek (hanya beberapa hari) sedangkan erotrosit
rata-rata 110-120 hari.
Hemoglobin
Nilai
normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI
unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita:
12 - 16 g/dL SI
unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
Sekitar
30% isi sel eritrosit terdiri atas zat warna darah merah yaitu hemoglobin. Ini
terutama berfungsi untuk transport oksigen dari paru-paru ke jaringan serta
transport karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Disamping iu berfungsi
juga sebagai dapar. Kandungan Hemoglobin pada pria rata-rata 16 g/100 ml darah.
Susunan molekul hemoglobin. Hemoglobin yang berbentuk hampir bulat merupakan
kromoprotein, yang terdiri atas empat rantai polipeptida dengan masing-masing
satu komponen zat warna yang disebut hem.
Bobot molekulnya sekitar 64.500. Dalam hemoglobin dewasa (Hba) terdapat 2
rantai polipeptida-α dengan masing-masing 146 asam amino dalam susunan yang
simetris
Struktur
Hem
Hemoglobin
adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan
karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang
terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi
dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung
dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri)
berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena)
berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen.
Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah
merah (Menkes RI, 2011).
Implikasi klinik :
-
Penurunan
nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan zat
besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan
kehamilan.
-
Peningkatan
nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar), penyakit
paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di daerah
dataran tinggi.
-
Konsentrasi
Hb ber fluktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar.
-
Konsentrasi
Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap
terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia. d.
Faktor pengganggu
-
Orang
yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb demikian juga Hct
dan sel darah merah.
-
Asupan
cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb
-
Umumnya
nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis mulai aktif)
-
Nilai
Hb umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat peningkatan volume plasma
-
Ada
banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat yang dapat meningkatkan
Hb termasuk gentamisin dan metildopa
-
Olahraga
ekstrim menyebabkan peningkatan Hb.
Hal yang harus diwaspadai
-
Implikasi
klinik akibat kombinasi dari penurunan Hb, Hct dan sel darah merah. Kondisi
gangguan produksi eritrosit dapat menyebabkan penurunan nilai ketiganya.
-
Nilai
Hb <5,0g/dL adalah kondisi yang dapat memicu gagal jantung dan kematian.
Nilai >20g/dL memicu kapiler clogging sebagai akibat
hemokonsenstrasi. f.
Tatalaksana
Manajemen anemia bertujuan untuk mengatasi penyebab rendahnya nilai hemoglobin.
Dalam situasi terjadi penurunan darah yang akut, transfusi merupakan terapi
pilihan. Dalam situasi terjadi kekurangan atau penurunan nutrisi maka
diperlukan penggantian besi, vitamin B12 atau asam folat. Pada penurunan
fungsi ginjal dan penggunaan sitostatika, anemia biasanya terjadi karena
menurunnya produksi eritropoetin sehingga terapi yang tepat adalah pemberian
eritropoetin, namun apabila ada kendala biaya yang mahal, dapat diganti dengan
tranfusi darah. Jika anemia terjadi akibat menurunnya produksi eritropoetin
maka terapi penggantian eritropoetin dapat mengurangi kebutuhan tranfusi.
ANEMIA
Pengertian
anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas
normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Anemia secara laboratorik yaitu
keadaan apabila terjadi penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung
jenis eritrosit dan hemotokrit ( packedredcell ). Batasan normal
kadar haemoglobin menurut WHO tahun 1968 dapat digambarkan pada tabel 2.1
berikut :
No
|
Kriteria
|
Kadar
Hemoglobin
|
1
|
Laki-laki
dewasa
|
>13
g/dl
|
2
|
Wanita
dewasa tidak hamil
|
>11
g/dl
|
3
|
Wanita
hamil
|
>12
g/dl
|
4
|
Anak
usia 6-14 tahun
|
>11
g/dl
|
5
|
Anak
usia 6 bulan- 6 tahun
|
>12
g/dl
|
Secara
klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya bila didapatkan hasil pemeriksaan
darah kadar Hemoglobin < 10 g/dl, Hemotokrit < 30 % dan Eritrosit <
2,8 juta/mm3. Derajat anemia pada ibu hamil berdasarkan kadar Hemoglobin
menurut WHO dikatakan ringan sekali bila Hb 10 g/dl - batas normal, ringan Hb 8
g/dl - 9,9 g/dl, sedang Hb 6 g/dl – 7,9 g/dl dan berat pada Hb < 6 g/dl.
Departemen Kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut ringan sekali
bila Hb 11 g/dl – batas normal, ringan Hb 8 g/dl – 11 g/dl,
sedang Hb 5 g/dl – 8 g/dl, dan berat Hb < 5 g/dl. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dilakukan minimal
2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Klasifikasi Anemia
Berdasarkan
penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :
1.
Anemia
karena hilangnya sel darah merah; hal ini terjadi akibat perdarahan karena
berbagai sebab seperti perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus,
perdarahan hidung, perdarahan akibat operasi,
2. Anemia karena menurunnya produksi sel
darah merah; penyebabnya karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah
(asam folat, vitamin B12 dan zat besi), gangguan fungsi sumsum tulang (adanya tumor, pengobatan, toksin),
tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya eritropolitan (pada penyakit
ginjal kronik),
3. Anemia akibat meningkatnya
destruksi/kerusakan sel darah merah yang disebabkan oleh overaktifnya Reticu
Ioendhotelial System (RES); Meningkatnya destruksi sel darah merah
biasanya karena faktorfaktor kemampuan respon sumsum tulang terhadap
penurunan sel darah merah kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam
sirkulasi darah, meningkatnya sel-sel darah merah yang masih muda dalam sumsum
tulang dibandingkan yang matur/matang, dan ada atau tidaknya hasil destruksi
sel darah merah dalam sirkulasi (seperti meningkatnya kadar bilirubin)
Faktor
Beberapa
faktor penyebab lain anemia adalah :
1.
Genetik;
yaitu beberapa penyakit kelainan darah yang dibawa sejak lahir antara lain
Hemoglobinopati, Thalasemia, abnormal enzim Glikolitik, dan Fanconi anemia,
2. Nutrisi; keadaan anemia yang disebabkan
oleh defisiensi besi, defisiensi asam folat, desifiensi vitamin B12, alkoholis,
dan kekurangan nutrisi/malnutrisi,
3. Perdarahan,
4. Imunologi,
5. penyakit infeksi seperti hepatitis,
Cytomegalovirus, Parvovirus, Clostridia, sepsis gram negatif , malaria, dan
Toksoplasmosis,
6. pengaruh obat-obatan dan zat kimia;
antara lain agen chemoterapi, anticonvulsi, kontrasepsi, dan zat kimia toksik,
7. Trombotik Trombositopenia Purpura dan
Syndroma Uremik Hemolitik,
8. Efek fisik seperti trauma, luka bakar,
dan pengaruh gigitan ular,
9.
Penyakit
kronis dan maligna; di antaranya adalah gangguan pada ginjal dan hati, infeksi
kronis dan Neoplasma.
Patofisologi
Permasalahan
1. Penyakit apa yang ditimbulkan akibat kekurangan
dan kelebihan hemoglobin?
2.
Berapa nilai normal
eritrosit, hemoglobin dan hematokrit?
3.
Bagaimana proses perombakan dan
penghancuran eritrosit?
Daftar Pustaka
Arifin,
H., Nofiza
W., Elisma E. 2012. Pengaruh
Pemberian Jus Buah Naga Hylocereus Undatus (Haw.) Britt&Rose Terhadap
Jumlah Hemoglobin, Eritrosit Dan Hematokrit Pada Mencit Putih Betina, Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi, 17 (2),
111- 125.
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.2011. Pedoman
Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 2. Dimana menurut buku yang saya baca untuk nilai normal eritrosit pada pria 4,5-5,5juta/mm, wanita 4-5juta/mm. Untuk nilai normal hemoglobin pada pria adalah 14-18mg/dl untuk wanita 12-16mg/dl sedangkan hematokrit untuk pria adalah 34,9-44,5% untuk wanita 38,8-50%
ReplyDeleteSaya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 3, sel-sel darah merah dirombak di dalam hati. Hemoglobin yang terkandung di dalamnya dipecah menjadi zat besi (Fe), globin, dan heme. Zat besi dan globin didaur ulang, Zat besi diambildan disimpan di hati, sedangkan globin dimanfaatkan untuk pembentukan hemoglobin baru. Heme dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin yang berwarna hijau kebiruan. Bilirubin dioksidasimenjadi urobilin yang mewarnai feses dan urine kekuningan, sedangkan biliverdin sebagai pembentuk zat warna empedu yang kemudian disalurkan ke kantong empedu. Proses penghancuran eritrosit karena proses penuaan dan proses patologis. Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi komponen protein dan komponen heme.
ReplyDelete